BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Bahasa Korea adalah salah satu bahasa yang paling luas dan digunakan di Daerah Korea. Bahasa Korea juga merupakan bahasa yang resmi digunakan pada dua daerah Negara Korea, yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Bahasa ini telah dituturkan secara luas di China Timur Laut. Di Republik Rakyat China, Bahasa Korea menjadi salah satu dari dua bahasa resmi yaitu biasa disebut Korea Yanbian Prefektur Otonomi. Dalam hal ini, telah terdapat data keseluruhan bahwa ada sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, Amerika Serikat, Kanada, dan Jepang. Klasifikasi resmi bahasa Korea masih belum disetujui secara universal, namun dianggap oleh banyak orang sebagai bahasa isolat. Bahasa Korea juga kurang lebihnya hampir sama dengan bahasa jepang yang status kekerabatannya kurang jelas.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling berkaitan erat satu sama lain. Setiap wilayah pasti dapat memahami dialek yang lainnya, kecuali dialek yang berada di pulau Jeju yang dianggap kurang bisa dimengerti dari dialek-dialek provinsi lainnya yang berada di daerah sekitar Korea. Selama lebih dari seribu tahun, Korea ditulis sesuai dengan karakter China atau yang biasa disebut hanja. Hanja dilengkapi dengan sistem fonetik seperti hyangchal, gugyeol, dan idu.
Dari tahun ke tahun hubungan kerjasama antar bangsa dan negara di seluruh dunia semakin berkembang pesat, baik di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi, perdagangan, sosial politik, teknologi serta kebudayaan. Untuk memperlancar hubungan tersebut, tentu saja bahasa sebagai alat komunikasi sangat diperlukan. Penguasaan bahasa inggris sudah bukan meerupakan suatu nilai tambah, karena pada saat ini bahasa inggris bisa dibilang sebagai bahasa kedua di Indonesia. Oleh karena itu, penguasaan bahasa asing lainnya dapat menjadi suatu nilai tambah bagi seseorang. Dan salah satu pilihanya adalah bahasa Korea (hangukmal).
Dalam suatu bahasa pasti ada suatu perencanaan tentang bahasa tersebut. Makalah ini berisikan tentang perencanaan dari bahasa Korea. Bagaimana bahasa itu berkembang, dilindungi, dan kebijakan yang pasti membuat bahasa Korea bisa terus dikenal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana seluk beluk terbentuknya bahasa Korea?
2. Bagaimana perencanaan bahasa Korea?
3. Bagaimana kedudukan bahasa Korea di kancah internasional?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui langkah-langkah perencanaan bahasa Korea, mendalami seluk beluk terbentuknya aksara korea, dan sebagai bentuk studi perbandingan perencanaan bahasa Korea dengan perencanaan bahasa Indonesia. Serta dapat menjadi rujukan untuk mendalami bagian budaya dari negeri Korea.
BAB II
KAJIAN TEORI
Seputar Bahasa Korea
Bahasa Korea (한국어/조선말) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan dan Korea Utara. Bahasa ini juga dituturkan secara luas di Yanbian di Cina timur laut. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta penutur bahasa Korea di seluruh dunia termasuk kelompok-kelompok besar di Uni Soviet, AS, Kanada dan Jepang. Klasifikasi resmi bahasa Korea masih belum disetujui secara universal, namun dianggap oleh banyak orang sebagaibahasa isolat.
Beberapa ahli bahasa memasukkannya ke dalam kelompok bahasa Altaik. Bahasa Korea juga banyak mirip dengan bahasa Jepang yang status kekerabatannya juga kurang jelas.
Sistem penulisan bahasa Korea yang asli disebut Hanguel merupakan sistem yang silabik dan fonetik. Aksara-aksara Sino-Korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan Hangul, lebih dari 70% kosakata bahasa Korea terdiri dari kata-kata yang dibentuk dari Hanja atau diambil dari bahasa Mandarin.
Huruf ini dikenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke-15, dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Namun istilah Hangul baru dikenal pada permulaan abad ke-20. Setelah Hangeul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang Hangeul dipakai oleh orang-orang tidak berpendidikan, wanita dan anak-anak.
Namun pada perkembangannya, Hangeul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisan-tulisan informal ditulis dalam Hangeul.
Bahasa Korea pada dasarnya memiliki dialek-dialek yang saling bertalian satu sama lain. Setiap wilayah dapat memahami dialek lainnya, kecuali dialek Pulau Jeju yang dianggap kurang bisa dimengerti dari dialek-dialek provinsi lainnya.
Perbedaan Bahasa Korea Selatan Dan Korea Utara
Bahasa nasional Republik Korea adalah bahasa Korea, yakni bahasa yang digunakan warga Korea di semenanjung Korea. Kini sekitar 70 juta orang di Korea Selatan dan Korea Utara, serta sekitar 3 juta 500 ribu orang warga Korea di luar negeri menggunakan bahasa Korea.
Rumpun Bahasa Korea dipercaya hingga sekarang Bahasa Korea termasuk rumpun Altaik. Rumpun Bahasa Altaik meliputi bahasa Turki, Mongolia, Tungusik dan sebagainya mulai dari Siberia sampai Sungai Volga. Bahasa Korea dan Rumpun Bahasa Altaik Alasan bahasa Korea dipercaya termasuk rumpun Altaik, adalah karena bahasa Korea mempunyai kecirikhasan susunan yang sama dengan bahasa lain yang tergolong rumpun Altaik. Bahasa Korea di Korea Selatan dan Korea Utara. Akibat semenanjung Korea terbagi cukup lama, heterogenitas bahasa antara Korea Selatan dan Korea Utara makin meningkat. Namun, perbedaan bahasa antar Korea, terdapat hanya dari makna kosakata, contoh penggunaan kosakata, istilah baru dan sebagainya, maka tidak ada masalah apa pun dalam komunikasi. Korea Selatan dan Korea Utara berusaha keras untuk mengatasi heterogenitas bahasa seperti itu, misalnya para pakar bahasa Korea Selatan dan Korea Utara bekerjasama meneliti bahasa.
Bahasa Dialek
Bahasa dialek Korea biasanya terdiri dari 6 jenis.
1. Dialek daerah timur laut = di propinsi Hamgyeong Utara, propinsi Hamgyeong Selatan dan propinsi Yanggang di Korea Utara.
2. Dialek daerah barat laut = di propinsi Pyeongan Utara, propinsi Pyeongan Selatan, propinsi Jagang, dan daerah bagian utara propinsi Hwanghae di Korea Utara.
3. Dialek daerah tenggara = di propinsi Kyeongsang Utara, propinsi Kyeongsang Selatan, dan sekitarnya.
4. Dialek daerah barat daya = di propinsi Cheola Utara, dan propinsi Cheola Selatan.
5. Dialek pulau Jeju = di pulau Jeju dan pulau-pulau sekitarnya.
6. Dialek bagian tengah = di propinsi Kyeonggi, propinsi Chungcheong Utara, Chungcheong Selatan, propinsi Kangwon, dan propinsi Hwanghae
Korea Utara berbagi Bahasa Korea dengan Korea Selatan. Terdapat perbedaan dialek di kedua-dua Korea, tetapi perbatasan Utara dan Selatan tidaklah mewakili perbatasan bahasa secara jelas. Sementara di Korea Selatan lebih liberal, adopsi istilah-istilah modern dari bahasa asing lebih dibatasi di Korea Utara. Hanja (Karakter Cina) tidak lagi dipakai di Korea Utara, meski kadang-kadang masih dipakai di Korea Selatan. Kedua-dua Korea berbagi sistem penulisan fonetik yang disebut Chosongul di utara dan Hanguldi selatan Zone Demarkasi. Romanisasi berbeda di kedua-dua negara, Korea Utara menggunakan sistem McCune-Reischauer dengan sedikit modifikasi, dan Korea Selatan menggunakan Romanisasi Korea yang Direvisi.
Sejarah Aksara Korea
Aksara Korea; Hangul ditemukan oleh King Sejong. Raja ke-4 dari Dinasti Joseon (tahun 1443). Sebelum ada hangul, orang Korea menggunakan hanja (karakter Cina). Namun, alfabet hanja ini dianggap rumit bagi rakyat Korea. Mayoritas orang Korea buta huruf sebelum mengenal hangul.
Jasa Raja Sejong yang paling besar adalah penciptaan abjad hangeul, sistem abjad fonetik yang cocok untuk bahasa Korea. Sebelum penggunaan hangul meluas, hanya anggota masyarakat dari kalangan bangsawan yang bisa membaca tulisan (hanja dasarnya dipergunakan untuk menulis kata dalam bahasa Korea dengan tulisan Cina, sedangkan sistem hanmun adalah tulisan Cina klasik yang digunakan untuk menulis dokumen). Seseorang harus mempelajari sistem penulisan hanja yang sulit untuk membaca atau menulis.
Raja Sejong memperkenalkan 28 buah abjad baru agar semua golongan rakyat dapat membaca dan menulis dengan mudah. Hangeul dianggap perlambang identitas budaya untuk Joseon. Abjad hangeul dikeluarkan pada tahun 1446 dan dilarang penggunaanya di awal abad ke-20 saat penjajahan Jepang.
BAB III
PEMBAHASAN
Pembinaan Bahasa Korea
Bahasa Negara resmi Korea yaitu bahasa Korea secara tunggal atau biasa disebut Hangugeo di Korea Selatan, dan Chosonmal di Korea Utara. Dengan nama aksara/alphabet hangeul. Meskipun Hunminjeongeum diamanatkan, namun dokumen resmi tetap dicatat dalam huruf Cina. Setelah titah raja berisi huruf Korea harus dipakai sebagai pengganti huruf Cina, yang dikeluarkan di bulan Nopember tahun 1894, huruf Korea menjadi bahasa negara yang resmi setelah 450 tahun berlalu sejak Hunminjeongeum diciptakan.
Nama 'Hangeul' diciptakan oleh sarjana Ju Shi-kyeong, hingga dipakai sejak tahun 1913 lalu. Setelah itu, nama 'Hangeul' disebarluaskan setelah majalah rutin berjudul 'Hangeul' diterbitkan tahun 1927. 'Hangeul' bermakna 'bahasa untuk bangsa Korea', 'bahasa agung', dan 'bahasa terunggul di dunia', hingga sama dengan makna istilah Hunminjeongeum. Sesuai dengan yang ditetapkan oleh Institut Pengkajian Bahasa Korea tahun 1933, 4 huruf dari 28 huruf yang aslinya diciptakan, dihapuskan, hingga menjadi 24 huruf, yaitu 14 huruf konsonan dan 10 huruf vokal.
Kehidupan sosial budaya mencatat bahwa kendati Korea berasal dari berbagai kelompok suku bangsa Mongol yang bermigrasi dari utara pada jaman pra-sejarah, tetapi memiliki ciri dan pembawaan khas dalam berbahasa. Seluruh bangsa Korea berbicara dan menulis dalam bahasa yang sama; bahasa Korea. Kenyataan seperti ini hadir sejak masa perjuangan pahlawan Korea dulu. Bahkan imperialis Jepangpun tidak mampu menghadang dan mengubah budaya Korea yang kuat ini di tahun 1910. Homogenitas ini bagi Korea merupakan alat pemersatu untuk senantiasa hidup dalam kebersamaan dan rasa cinta tanah airnya.
Perencanaan Prestise
Sikap orang Korea sendiri terhadap bahasanya, sangat menjunjung tinggi, dan bangga. Sehingga perencanaan prestise dapat dikatakan berhasil di Korea. Bahkan, di Korea terdapat patung King Sejung untuk mengenang jasanya sebagai penemu aksara hangeul.
Di Korea, para pemuda tidak terlalu tertarik/minat terhadap bahasa asing. Karena, ketergantungan Korea terhadap bahasa asing tidak terlalu tinggi. Dari segi tekonologi, hiburan, fashion, mereka sudah unggul, sehingga kemampuan bahasa asing tidak menjadi sesuatu hal yang dianggap penting oleh bangsa Korea.
Pengembangan Bahasa Korea
Kosakata
Inti dari kosakata Korea terdiri dari kata-kata Korea asli. Bagian penting dari kosa kata, terutama kata-kata yang menunjukkan ide-ide abstrak, adalah kata-kata Sino-Korea ,baik langsung dipinjam dari Cina tertulis , atau diciptakan di Korea atau Jepang menggunakan karakter Cina , dalam cara yang mirip bahasa Eropa meminjam dari bahasa Latin dan Yunani.
Proporsi yang tepat dari Sino-Korea kosakata merupakan bahan perdebatan. Sohn (2001) menyatakan 50-60%. Kemudian, penulis yang sama (2006, hal. 5) memberikan perkiraan yang lebih tinggi dari 65%. Namun, Jeong Jae-do, salah satu penyusun kamus Urimal Kun Sajeon, menegaskan bahwa proporsi tidak begitu tinggi. Dia menunjukkan bahwa kamus Korea dikumpulkan selama periode kolonial mencakup banyak yang tidak terpakai Sino-Korea kata-kata. Dalam estimasinya, proporsi kosa kata Korea asli dalam bahasa Korea mungkin setinggi 70%.
Korea memiliki dua sistem angka : satu asli, dan satu yang dipinjam dariSino-Korea.
Dalam tingkat yang jauh lebih rendah, beberapa kata juga telah dipinjam dari Mongolia , Sansekerta , dan bahasa lainnya. Sebaliknya, bahasa Korea sendiri juga menyumbangkan beberapa kata pinjaman ke bahasa lain, terutama dialek Tsushima dari Jepang.
Sebagian besar kata-kata pinjaman lain dari Sino-Korea berasal dari zaman modern, 90% dari yang berasal dari Inggris . Banyak kata juga telah dipinjam dari Jepang melalui bahasa-bahasa Barat seperti Jerman ( areubaiteu "pekerjaan paruh waktu", allereugi "alergi", gibseu atau gibuseu "gips digunakan untuk tulang patah"). Beberapa kata meminjam Barat secara tidak langsung melalui Jepang, mengambil pola suara Jepang, misalnya "lusin"> ダース Dasu> 다스 daseu.
Pinjaman Barat paling tidak langsung sekarang ditulis menurut aturan hangulization saat ini untuk bahasa Barat masing-masing, seakan meminjam secara langsung. Ada pinjaman lebih rumit sedikit seperti "Jerman (y)" (lihat nama-nama Jerman ), bagian pertama yang endonym [d̥ɔɪ̯t͡ʃ ʷ Lant ʰ.] Jepang diperkirakan menggunakan kanji 独逸 Doitsu yang kemudian diterima dalam bahasa Korea dengan Sino-Korea ucapan mereka: 独 dok + 逸 il = Dogil . Dalam penggunaan resmi Korea Selatan, sejumlah lainnya Sino-Korea nama negara telah diganti dengan hangulizations fonetis berorientasi endonyms negara-negara 'dari nama Inggris.
Karena seperti prevalensi bahasa Inggris di budaya modern Korea dan masyarakat, hanya dihindari bahwa rasa diglosia muncul. Hal ini tidak jarang ditemukan kasus di mana orang akan mencampur kedua bahasa Inggris dan Korea dalam kalimat yang sama. Kosakata bahasa Korea adalah kata pinjaman% sekitar 5 (tidak termasuk Sino-Korea kosakata); orang sering menggunakan kata bahasa Inggris dan akhirnya kode-switching tanpa menyadarinya. Hal ini sering disebut sebagai konglish . [19]
Seperti di Jepang, Korea menggunakan kata diadaptasi dari bahasa Inggris dengan cara yang mungkin aneh bagi penutur asli bahasa Inggris.
Misalnya, dalam sepak bola pos (헤딩) digunakan sebagai kata benda yang berarti 'header', sementara pertempuran (화이팅) adalah istilah dorongan seperti 'datang' / 'pergi (di)' dalam bahasa Inggris. Sesuatu yang 'layanan' (서비스) adalah gratis atau 'di rumah'. Sebuah bangunan disebut sebagai 'terpisah' (아파트) adalah 'apartemen' dan jenis pensil yang disebut 'tajam' (샤프) adalah pensil mekanik.
Kosakata Korea Utara menunjukkan kecenderungan untuk lebih memilih bahasa Korea selama pinjaman Sino-Korea atau asing, terutama dengan tujuan politik terakhir yang bertujuan menghilangkan pengaruh asing pada bahasa Korea di Utara. Pada tahun-tahun awal, pemerintah Korea Utara mencoba untuk menghilangkan kata-kata Sino-Korea. Akibatnya, Korea Selatan mungkin memiliki pinjaman Sino-Korea atau asing beberapa yang tidak di Korea Utara.
Sistem penulisan bahasa korea yang asli disebut Hangul yang merupakan sistem silabik dan fonetik. Aksara-aksara sino-korea (Hanja) juga digunakan untuk menulis bahasa Korea. Walaupun kata-kata yang paling umum digunakan merupakan hangul, lebih dari 70% kosa kata bahasa Korea terdiri dari kata-kata yang dibentuk dari Hanja atau diambil dari bahasa Mandarin.
Huruf ini diperkenalkan oleh Raja Sejong pada abad ke15, yang dikenal sebagai Hunmin Jeongeum. Namun istilah Hangul baru dikenal pada permulaan abad ke 20. Setelah Hangul digunakan pun, Hanja masih tetap dipakai, sedang hangul dipakai oleh orang-orang yang tidak perpendidikan, wanita, dan anak-anak.
Namun seiring perkembangannya, Hangul makin banyak digunakan bahkan pada abad ke 19 dan permulaan abad ke 20, pada saat itu penggunaan Hangeul dan Hanja seimbang. Namun kini, Hanja hanya dijumpai pada tulisan-tulisan akademik dan resmi, sedangkan hampir semua papan nama, jalan, petunjuk, bahkan tulisan-tulisan informal ditulis dalam Hangeul.
Produk Pengembangan Bahasa Korea
Seperti halnya negara lain, negara Korea juga memiliki kamus bahasa Korea (Hangugeo). Penggunaan kamus ini dapat memudahkan pembelajaran bahasa Korea. Terutama untuk warga negara asing yang bekerja/belajar di Korea. Dengan adanya kamus bahasa Korea (Hangugeo), dapat terdata macam-macam kosakata bahasa Korea beserta dengan penulisannya (aksaranya). Hal ini menjadi tanggung jawab Institusi Nasional Bahasa Korea (badan bahasa versi Korea). Badan inilah yang mengurus katalogus bahasa di Korea. Sehingga, dapat terinput bahasa Korea dan aksara hangeulnya.
Status Resmi Bahasa Korea
Korea adalah bahasa yang resmi dipakai di Korea Selatan dan Korea Utara. Hal ini juga salah satu dari dua bahasa resmi Korea Yanbian Prefektur Otonomi di daerah China.
Di Korea selatan, Badan Pengawas Bahasa untuk daerah Korea ini adalah Seoul berbasis Institut Nasional Bahasa Korea yang pada saat itu diciptakan oleh dekrit presiden pada tanggal 23 Januari 1991. Sedangkan di Korea Utara, badan pengawas bahasa yang ada di wilayah negara bagian ini adalah institut bahasa dari akademi Ilmu Sosial (Kwahagwon Ohak Yonguso).
Bentuk pelindungan bahasa Korea yang lain yaitu dengan adanya MOU yang mengatur pekerja asing untuk bekerja di Indonesia, yaitu harus menguasai bahasa Korea, dan dibuktikan dengan tes TOPIK. Hal inilah yang kemudian memunculkan pertumbuhan luar biasa bagi pengembangan bahasa Korea di kancah internasional.
Bahasa Korea dalam Ranah Pendidikan
Pembelajaran bahasa Korea sudah dilakukan sejak tingkat dasar, berdasarkan kurikulum pendidikan di Korea. Pendidikan mengenai dialek bahasa Korea beragam daerah juga diperhatikan. Sebab, adanya kerumitan dialek antar daerah di Korea.
Melalui pendidikan, juga ditekankan kecintaan pada negeri (nasionalisme). Sehingga, Korea dapat menciptakan iklim prestise yang mampu mendukung pembelajaran bahasa di Korea.
Serta berkembangnya pendidikan lintas bangsa dengan penggunaan bahasa Korea, terutama di kota Busan. Kota ini lebih terbuka terhadap bahasa asing, termasuk bahasa Indonesia. Namun, dalam pembelajarannya tetap diutamakan penggunaan bahasa pengantar Korea.
Bahasa Korea dilihat dari kacamata budaya
Sejak hiruk pikuk Piala Dunia 2002 di mana Korea menjadi tuan rumah bersama dengan Jepang hingga tahun 2010 di mana pengaruh budaya Korea semakin terasa,beberapa stasiun televisi swasta di Indonesia gencar bersaing menayangkan film-film, sinetron-sinetron, dan musik Korea. Bahkan, terdapat beberapa sinetron Korea yang‘sukses’ di layar kaca, sebut saja Winter Sonata, Endless Love, Dae Jang Deum, dan Boys Befote Flowers. Segelintir yang kemungkinan besar diingat oleh pecinta Korea diIndonesia.
Sinetron-sinetron buatan negeri ginseng ini telah berhasil menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia, bahkan beberapa bintang sinetron tersebut telah menjadi idola di tanah air. Hal ini baru berbicara mengenai situasi di Indonesia, padahal Korea telah berhasil mengekspor budaya popnya ke penjuru dunia pada awal abad ke-21ini. Situasi di atas adalah sebagian kecil dari apa yang disebut Hallyu_istilah buat-an yang bermakna pengaruh budaya modern Korea di negara-negara lainyang mulai merebak di banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Terlebih lagi, fenomena K-Popyang mulai menggelegar dan menyambangi pecinta Korea mulai tahun 2009 hingga 2010 dengan serbuan artis artis boy-band dan girl band nya (Nugroho, 2010). Secara singkat bisa dikatakan bahwa Indonesia pun ternyata juga tidak jauh berbeda dengan negara-negara Asia lain seperti Cina, Singapura, Taiwan, Malaysia, Thailand, Vietnam dan bahkan Jepang dalam hal besarnya pengaruh Hallyu terhadap negera-negara itu.
Tidak banyak yang menyangka bahwa Korea akan berhasil ‘mengekspor’ budaya popnya sebegitu besar dan gencar seperti halnya yang terjadi dengan budaya pop Jepang yang telah terlebih dahulu menyerbu Asia pada era 90-an. Berhubungan dengan Hallyu ini terutama dengan K-Pop (Korean Pop)-nya akhir-akhir ini, fenomenaHallyu semakin mencengkeram para remaja di seluruh Asia dan kawasan dunia lainnya.Banyak artis Korea semakin menjadi idola para remaja di belahan dunia lain. Hal initerbukti dengan banyaknya konser-konser artis Korea yang diadakan karena diundang oleh para penyelenggara event dari berbagai negara. Terlebih lagi, banyak yang berhasil terjual habis tiketnya. Selain itu banyak pula situs-situs dan jejaring sosial tentang artisKorea yang didedikasikan khusus untuk para pemain drama Korea dan para penyanyi Korea yang bisa diakses oleh para penggemarnya. Sekarang, pertanyaan yang timbul dari situasi tersebut adalah adakah hubunganHallyu (baca: budaya Korea modern) dengan bahasa Korea? Secara mudah bisa digambarkan bahwa fenomena tersebut secara tidak langsung semakin membuat bahasa Korea semakin terkenal.
Semua produk budaya ‘modern’ Korea tersebut adalah asli Korea dalam arti baik lagu, sinetron, maupun filmnya memakai medium bahasa Korea sebagai bahasa pengantarnya. Sudah barang tentu, saatmemasuki negara-negara lain dan dikonsumsi oleh para konsumen di belahan negaralain, produk tersebut banyak yang masih menggunakan bahasa Korea sebelum melalui proses sulih suara terutama untuk drama. Di sinilah letak salah satu keberhasilan bangsa Korea dalam memperkenalkan bahasanya.
Apabila sebelumnya publik Asia lebih dulu terbiasa dengan bunyi bahasa Mandarin atau Jepang, maka sejak dekade awal abad ke-21 ini, bahasa Korea telah mulai terbiasa terdengar di radio dan televisi di dunia Internasional; serta mulai terbiasa terlihat oleh mata semua orang baik yang bisa membaca maupun hanya melihat tulisan Hangeul di koran, majalah, dan internet. Apalagi dengan masuknya teknologi dwi-bahasa pada acara-acara televisi tertentu, bahasa Korea dalam sinetron maupun filmbuatan Korea akhirnya dapat dikenal masyarakat. Khusus mengenai kaitannya denganinternet, ada satu hal yang patut dicatat di sini yaitu, fakta bahwa bahasa Korea beradadi posisi ke-10 sebagai bahasa yang sering digunakan di media internet pada tahun 2009.
Hal ini sudah barang tentu menjadikan bahasa Korea sebagai salah bahasa yang penetrasi dan signifikansinya di ajang global menjadi tak terbantahkan. Sebagai gambaran, bahasa Korea menempati urutan ke-13 dengan pengguna sebanyak 71 juta orang di dunia ini sebagai bahasa yang paling digunakan. Jumlah ini pun baru dihitungdari Korea Selatan dan Korea Utara, belum termasuk para imigran Korea beserta keturunannya yang sampai saat ini berdiam di Cina, Amerika, Jepang, Rusia, Kanada,Australia, Amerika Selatan, Selandia Baru, Australia, dan negara-negara Eropa serta Asia lainnya.
Kajian Korea
Istilah kajian Korea muncul setelah tercapainya kemerdekaan nasional pada tahun 1945, dengan adanya upaya-upaya dari komunitas akademik untuk mengembangkan penelitian mengenai Korea, meliputi sejarah, masyarakat, budaya, serta sistem politik Korea. Penelitian akademik telah ditekan atau didominasi oleh sudut pandang Jepang selama 35 tahun masa penjajahan Jepang.
Dengan semakin banyaknya para ilmuwan asing yang terlibat dalam kajian Korea pada dekade-dekade terakhir ini, pemerintah telah mendukung kegiatan penelitian dan pendidikan melalui Akademi Kajian Korea yang didirikan pada tahun 1978 serta Program Pascasarjana Kajian Korea, yang dibuka dua tahun kemudian sebagai bagian dari
Akademi Kajian Korea. Sampai bulan Februari 2006, akademi milik pemerintah ini telah menghasilkan 466 lulusan dengan gelar magister dan 200 dengan gelar doktor dalam tujuh disiplin ilmu yang berbeda – sejarah, filsafat dan etika, bahasa dan kesusastraan, kesenian, kebudayaan dan agama, politik dan ekonomi, kemasyarakatan dan pendidikan.
Konferensi internasional dalam bidang Kajian Korea Kelas-kelas budaya membantu mahasiswa-mahasiswa asing untuk mampu menguasai musik tradisional Korea. Sepanjang tahun perkuliahan, akademi ini memiliki 201 mahasiswa Korea dan mahasiswa asing yang terdaftar pada program-program magister dan doktor. Lulusan asing akan kembali ke negara asal mereka untuk kemudian bekerja sebagai dosen atau peneliti dalam bidang kajian Korea. Di luar negeri, kajian Korea telah banyak menarik perhatian, dan kuliah-kuliah yang berhubungan
dengan kajian Korea kini terdapat di 735 universitas di Cina, Jepang, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Jerman, Thailand, Vietnam, Polandia, Denmark, Swiss, Ukraina, Hongaria, dan di negara-negara lain.
Jumlah mahasiswa asing yang mendaftar untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Korea semakin meningkat di universitas-universitas di Seoul, termasuk Universitas Nasional Seoul, Universitas Yonsei, Universitas Korea, serta Universitas Wanita Ewha.
Dampak Kemajuan Ekonomi Korea terhadap Bahasa Korea
Negara Korea merupakan negara penting di Asia bahkan di dunia. Sejak kemerdekaan tahun. Korea berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi luar biasa, melalui pengembangan industri dan perdagangan yang mulai mempengaruhi dunia internasional. Hal ini dapat menjadi langkah yang mapan bagi Korea untuk memperkenalkan bahasa dan budayanya. Meskipun, bahasa Korea tidak setenar bahasa mandarin, dan budaya Korea masih jauh popularitasnya di bawah Jepang, namun, kemajuan ekonomi dapat menjadi langkah strategis untuk memperkenalkan identitas bahasa Korea di kancah internasional.
Di tahun ke-53 kemerdekaannya, Korea sudah mulai bersaing dengan negara-negara maju. Amerika Serikat, Perancis, bahkan Jepang, telah mengakui keberadaan Korea sebagai negara yang telah menaiki jalan ke ara internasionalisasi globalisasi. Dunia pendidikan mencatat, angka rasio tuna aksara di Korea hampir nol persen. Kontingen pemuda calon teknisi Korea sering memperoleh juara umum dalam Olimpiade Keterampilan Nasional. Di Libya, perusahaan pembangunan Korea telah dipercaya untuk menangani konstruksi pemasangan pipa saluran irigasi raksasa antara Tazaerbo dengan Sarir sepanjang 1.870 km. Korea pun tercatat sebagai negara produsen terbesar di bidang galangan kapal. Selain itu pula banyak negara semakin dikenal barang-barang elektronik, industri besi baja, mobil, kapal laut, dan komputer yang diproduksi Korea. Sebut saja Hyundai yang mengekspor mobil Exel dan Daewoo yang bekerjasama dengan General motor. Produk Daewoo dengan Leading Edge-nya yang menembus pasar Amerika untuk sebuah produk komputer. Dan produk-produk unggulan lain, seperti Arka/Samsung, Maspion, Goldstar.
Pembangunan ekonomi Korea yang berorientasi pada pertumbuhan dan didominasi oleh ekspor sejak tahun 1960-an terjadi begitu pesatnya sehingga Korea memperoleh julukan “Keajaiban di Sungai Hangang” pada tahun 1970-an. Berikutnya, Seoul sukses menjadi tuan rumah Olimpiade ke-24 pada tahun 1988, dan Korea bersama dengan Jepang menjadi tuan rumah pertandingan sepakbola Piala Dunia FIFA 2002. Melalui peristiwa-peristiwa ini, Korea telah berhasil menunjukkan pada dunia warisan budayanya yang kaya dan kecintaannya akan seni, serta teknologinya yang modern. Pada tahun 1950-an Korea masuk dalam daftar negara-negara miskin. Kini, ekonomi Korea merupakan terbesar ke-13 di dunia, dan bangsa Korea semakin yakin akan mampu menjadi pemimpin ekonomi global di milenium yang baru ini.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Bahasa Korea (한국어/조선말) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan dan Korea Utara. Bahasa ini juga dituturkan secara luas di Yanbian di Cina timur laut.
Seluruh rakyat Korea berbicara dan menulis dalam bahasa yang sama, yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan identitas nasional. Bahasa Korea memiliki beberapa dialek di samping dialek umum yang digunakan di Seoul. Hanya dialek dari Propinsi Jejudo saja yang begitu berbeda sehingga sulit dipahami oleh penduduk dari propinsi lain.
Studi-studi linguistik dan etnologi telah mengklasifikasikan bahasa Korea dalam keluarga bahasa Altaic, yang mencakup bahasa Turki, Mongol, dan Tungus-Manchu.
Raja Agung Sejong mempersiapkan serta membantu menciptakan alfabet Korea Hangeul pada abad ke-15. Sebelum alfabet ini terbentuk, prosentasi jumlah penduduk Korea yang bisa membaca relatif kecil. Hanya sedikit rakyat Korea yang mampu menguasai huruf-huruf Cina yang sulit, yang digunakan oleh kaum kelas atas.
Sebelum mengembangkan sistem penulisan bahasa Korea, Raja Sejong mempelajari beberapa sistem penulisan yang terkenal pada masa itu, misalnya yang terdapat pada naskah-naskah Uighur dan Mongol, serta huruf-huruf segel Cina.
Bagaimanapun juga, sistem yang diciptakan oleh para cendekiawan Raja Sejong sebagian besar didasarkan pada fonologi. Mereka mengembangkan dan menerapkan teori yang membagi setiap suku kata menjadi fonem awal, tengah, dan akhir, yang berlawanan dengan fonologi tradisional Cina yang membagi suku kata menjadi dua bagian saja.
Hangeul yang terdiri dari 10 huruf vokal, dan 14 huruf konsonan, dapat digabungkan untuk membentuk kelompok-kelompok suku kata yang berjumlah banyak. Sistem alfabet ini sederhana namun sistematis dan bersifat menyeluruh, serta dianggap sebagai salah satu dari sistem penulisan paling ilmiah di dunia. Hangeul mudah dipelajari dan dituliskan sehingga sistem ini mampu memberikan sumbangan besar dalam tercapainya rata-rata melek huruf yang tinggi serta majunya industri penerbitan di Korea.
Jumlah mahasiswa asing yang mendaftar untuk mengikuti kursus-kursus bahasa Korea semakin meningkat di universitas-universitas di Seoul, termasuk Universitas Nasional Seoul, Universitas Yonsei, Universitas Korea, serta Universitas Wanita Ewha.
DAFTAR PUSTAKA
Kristianto, Bayu. 1973. Fakta-Fakta Tentang Korea. Jakarta: Pelayanan Kebudayaan dan Informasi
Fotunadi, Didik dkk. 1998. Korea yang Saya Kenal. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI
http://world.kbs.co.kr/indonesian/korea/korea_aboutlanguage.htm
http://www.korea.net
http://www.wikipedia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar