mimpi-mimpiku

Kamis, 16 April 2015

Pembredelan Media Islam, Radikalisme Semu, dan Tirani Minoritas

Bagai disambar petir! dan ditikam sudut sempit sebuah bedil!
Begitulah perasaan yang menerkam hati segenap umat Islam Indonesia, ketika BNPT dan Kemkominfo bergandengan tangan membredel situs media Islam. Sebuah tindakan yang memutus arus semangat reformasi, serta menghidupkan kembali era orde baru yang membelenggu kebebasan pers. Hari-hari tirani telah bangkit dari kuburnya. Mencabik-cabik harga diri umat Islam. Dan seperti tak mau tunduk pada kekuasaan yang maha tirani, umat Islam bersatu. Menyuarakan aksi kontra pembredelan situs media Islam. Mereka geram, gregetan, bertanya-tanya, dan tentu; menghujat tokoh-tokoh yang main mata dalam proyek murahan ini lewat media sosial.
Hashtag #KembalikanMediaIslam muncul sebagai trending topic Indonesia di media sosial twitter. Menjadi bukti betapa tidak relanya rakyat Indonesia dengan kebijakan busuk ini. Meme comic berbau kritik bermunculan. Segenap orang mengenang kembali masa-masa dulu. Ketika jabatan Menkominfo masih dipegang oleh Tifatul Sembiring. Lalu, media arus utama (sekuler) bungkam. Bergerilya di balik ratap kesal umat muslim. Tokoh-tokoh sayap kiri menari-nari di atas mimbar. Mengepulkan nafas perjuangan yang telah hampir sampai pada klimaksnya. Ya.. melemahkan kekuatan Islam di Indonesia.
Tak terima diamputasi kebebasan persnya oleh BNPT, beberapa media Islam menggugat. Dalam ruang klarifikasi, ditemui beberapa alasan irasional BNPT terkait pemblokiran 19 situs media Islam. Tudingan radikalisme, domain .(dot) com, memelintir hadis, mengkritisi pemerintahan, propaganda jihad, dan alasan-alasan picik lainnya. BNPT seperti tergesa-gesa memelintir dalih untuk berkilah. Menjaring opini publik untuk memfitnah. Dan pada akhinya, menyulut emosi para konsumen media Islam.
Padahal, tudingan radikalisme merupakan sesuatu yang relatif kebenarannya. Perlu riset yang matang, dan data-data yang jelas sebagai penguat dugaan. Berbeda dengan situs pornografi yang memang jelas-jelas membunuh moral generasi bangsa. Siapapun akan diam-diam ketika membuka situs porno, dan leluasa membuka situs media Islam. Bahkan, jika kita mau berpikir jernih, situs diskusi online faith freedom Indonesia lebih layak untuk diblokir. Karena plek-plek-an melakukan penistaan agama. Tapi apa yang terjadi? Pemilik kekuasaan justru lebih tertarik mengamini nafsu musuh-musuh Islam. Untuk menghentikan arus peradaban agama ini. Agama yang dituding sebagai penebar teror. Oleh mereka yang iri dengan rasionalitas Islam.
Setidaknya, ada tujuh alasan mengapa Media Islam dianggap berbahaya bagi mereka yang dengki terhadap perkembangan Islam. Pertama, Media Islamlah yang selama ini getol menyuarakan konflik di Timur Tengah, atau di mana saja tempat umat muslim ditindas. Kedua, media Islam tidak pernah lelah menyerang ideologi hasil import dari barat; sekulerisme, pluralisme, liberalisme, dan sebangsanya. Ideologi yang telah membentangkan jarak umat muslim Indonesia pada ajaran Islam yang hakiki. Ketiga, sudah menjadi kredo mengekal, bagi media yang independen (bukan kaki tangan pemerintahan) mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang dinilai melanggar portal syariat Islam. Keempat, sudah menjadi rahasia umum, saat ini adalah era digital. Media menjadi lahan dakwah yang subur. Menjadi tempat menjelajahi hikmah kehidupan. Memblokir media Islam, sama dengan membatasi gerak para pengemban dakwah dalam menebar kebaikan. Kelima, media Islam telah menjadi sumber pengetahuan tentang keIslaman yang dianggap terpercaya. Hal ini, tentu menjadi ancaman bagi mereka yang sehari-harinya berpikir untuk menjauhkan umat Islam dari jangkauan ilmu. Keenam, Media Islam cukup produktif. Sebut saja, kiblat.net yang juga merambah di jalur media audio-visual. Ketujuh, eksistensi media Islam merupakan bentuk perlawanan dari propaganda yang setiap hari dilancarkan oleh media arus utama. Sampai-sampai, jutaan umat Islam Indonesia sarapan dengan  propaganda yang dilancarkan lewat surat kabar, televisi, dan media online. Jadi, jika hari ini umat Islam terpecah menjadi dua kubu; yang pro dengan pemblokiran 19 situs media Islam, dan yang kontra, adalah imbas dari kekuatan propaganda yang sejak lama dilancarkan oleh media sekuler. Inti dari propaganda itu adalah; menjauhkan umat Islam dari ajaran yang hakiki. Dan menebar virus Islamophobia.
Pada akhinya, ini bukan hanya soal pembredelan media Islam itu sendiri. Betapapun mereka berusaha sekuat tenaga mematikan dakwah media, nafas perjuangan media Islam akan tetap berhembus. Nadinya berdenyut, dan jantungnya berdetak. Sebab, ada kekuasaan yang jauh lebih tinggi di atas kekuasaan. Semua ini mengenai diri kita sendiri, yang tengah diuji. Seberapa reaktif diri kita menghadapi kasus ini. Dan mengerat tali ukhuwah untuk bersama-sama menjadi singa-singa Allah yang siap menerkam kezaliman. Membela harga diri Islam, dan siap menggali liang lahat untuk mengubur kekuasaan tirani minoritas yang mengancam.
 

Apa BENAR? Bahwa selama ini kita BERDAKWAH di BEM??


sebuah catatan kecil untuk makhluk organisatoris hibrida: BEM dan LDF

Terjun ke politik!
Suatu hal yang biasa dilakukan para pengemban dakwah. Menebar hikmah di pemerintahan, demi menjaga nilai-nilai syariat dan memuluskan jalan yang diridhoi Allah. Membela yang hak, dan memadamkan yang batil. Memetik cinta dari langit, lalu menebarkannya di lingkup BEM dan kancah wilayah politiknya. Mengucap innalillahi kala memangku jabatan pemimpin. Menangis kala mengingat amanah besar yang mesti ditanggung. Memohon ampun di kala alpa dalam memenuhi amanah. Tidak jarang.. kita berpikir.. berada di BEM adalah sebuah tantangan sekaligus ujian. Sebuah keharusan, ketika melihat gersangnya suasana jurusan dari nilai-nilai keIslaman. Sebuah urgensi, ketika tak adanya cahaya Illahi yang menerangi. Sebuah putusan karena Allah, dan karena kita mencintai Allah, sehingga tak lagi memedulikan kehidupan personal. Tapi.. apakah semua berjalan dengan mudah? Dan benarkah, kita berdakwah di BEM?
Kita ada untuk menjadi mutiara surgawi yang bersinar di langit jurusan masing-masing? Kita bersiap, pasang badan, erat jiwa demi menegakkan yang hak, dan memerangi yang batil? Kita siap menjadi segolongan orang yang di mata Allah adalah orang-orang yang beruntung? Ke manakah sebenarnya hati kita berlabuh selama ini? Di BEM.. di LDF.. dua organisasi yang kita poligami. Tidak jarang.. keduanya menuntut keadilan..
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Sementara hati tak sepenuhnya ikhlas membagi
membelah fokus, dan mendadak jadi berkhianat pada satu organisasi?
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Sementara waktu, tenaga, pikiran lebih banyak tersita
untuk masalah-masalah duniawi BEM
dan lupa menyisipkan nilai-nilai dakwah
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Jika keberadaan kita di BEM hanya untuk mengejar popularitas
dan sejenak lupa diniatkan karena Allah
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Jika kesibukan rapat.. membuat kita lupa akan amanah
dan tanpa sadar menomor sekiankan agenda dakwah
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Sementara hati tak pernah berteriak
ketika shalat lima waktunya terpaksa ditunda
demi menuntaskan rapat yang lagi-lagi sifatnya duniawi
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
Jika tak pernah sekalipun hati ini terbakar
oleh semak-semak dosa yang melekat di organisasi BEM
ketahuilah.. BEM bisa menjadi ladang dosa jika kita larut
dalam tipu daya duniawi..
Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
atau jangan-jangan.. BEM hanya menjadi pelarian
agar kita terhindar dari label futur
karena mulai melempem di dunia dakwah
dan Apa benar? bahwa selama ini kita berdakwah di Bem?
sementara tak pernah sekalipun.
kita menyempatkan waktu untuk merancang peta dakwah
menyusun strategi
mendoakan objek dakwah
membuat target
satu tahun kepengurusan ingin menghasilkan apa??
jangan terjebak oleh istilah: yang penting proses.. bukan hasil!
yang penting itu.. keduanya..
karena bisa jadi.. kecacatan hasil.. karena prosesnya yang tak sungguh2

Jadii... apa benar? Bahwa selama ini kita berdakwah di BEM??

*tulisan ini merupakan renungan penulis sendiri..
tidak ada maksud untuk menjelek-jelekkan organisasi BEM.
Hanya saja.. realitas.. seberapapun jeleknya.. jika baik untuk disuarakan..
maka pena tak boleh berhenti sebelum suara hati terungkapkan..
itulah jurnalis.. jurnalis yang tidak hidup di bawah ketiak bosnya.


Sabtu, 11 April 2015

Sebenar-benarnya Mengenai Si Jilbab Panjang dan Si Jenggotan


ketika kamu terang-terangan memusuhi dia, dan aktivitasnya...
ssssttt... jangan-jangan, selama ini, dia menyisipkan namamu dalam
hempas sujudnya yang paling sunyi di malam pukul 2
lalu berbisik pada Rabbnya;

"YA ALLAH.. berilah ia mereka hidayah..
sebagaimana dulu Engkau memberiku hidayah...
YA ALLAH.. selamatkanlah mereka...
sebagaimana Engkau menyelamatkanku
dari fitnah dunia dan masa-masa jahiliah"

kawan.. pernahkah terbersit dalam benakmu? pikiran-pikiran negatif (nethink) sama orang-orang yang terkesan menonjolkan sisi keIslaman. Orang-orang berjilbab panjang berlapis.. atau.. para ikhwan yang merawat jenggotnya. Sebenarnya, apa sih mau mereka? jadi umat Islamnya wolesss ajah dong! Gak usah fanatik. Begitu barangkali.. cibiran yang sering muncul. Berjingkrakan di telinga kaum muslimin (yang ori, bukan KW 1/KTP/dogmatis/atau.. Islamic-Sekuler). Okee.. kembali ke pertanyaan.. apa tujuan mereka seperti itu?
Hm.. perempuan yang berjilbab panjang.. pake rok rapi (panjang).. kaus kaki.. dan bajunya longgar, tak berlekuk ketat. Ini! Muslimah sejati yang mencintai Rabb-nya dengan ketulusan. Sebab, ia mau menjaga kehormatannya sebagai wanita. Ia menghargai cara Islam menjaga kaum perempuan. Dan ia juga tidak ingin menjadi perempuan yang dilaknat, karena memakai mode bawahan celana (bukan fitrah busana perempuan).
Terus... cowok yang jenggotan.
Kadang saya suka bingung. Siapa yang jenggotan.. siapa yang gelagapan. Okee.. semua udah tau lah yaa.. merawat jenggot itu bagian dari sunnah Rasul. Dan untuk menyelisih diri kita dari umat sebelah. Biar bisa berteriak; "saksikan! Kami ini seorang muslim!" -Al-Imran; 64-.
Ahh.. yang jenggotan itu teroris!
weittss.. jangan asal nge-judge dulu sob. Coba cek lagi.. siapa yang membombardir Afghanistan.. Hiroshima.. Irak.. dan siapa yang menskenario pembantaian Shabra dan Shatila? Jangan-jangan jenggotnya Bush itu transparan kali yaa.. ?
Kayaknya, istilah teroris itu makin lama makin mengabur. Gak lucu kan.. kalo suatu saat Badan Bahasa men-define ulang kata teroris. Jadi dipersempit (khusus umat Islam). Huhuuu
Buat temen-temen yang masih curiga sama isu terorisme.. bisa mulai baca-baca isu konspirasi terselubung tragedi WTC (black tuesday). Pahami fitnah yang berdetak di dalamnya.
Apakah mereka fanatik?
Sebenarnya.. apa yang kita sebut fanatik, justru adalah sikap normal seorang muslim. Tapi sayang, kita banyak alpa sama Qur'an dan Hadis. Kebanyakan dari kita berpikir; umat Islam yang sering dateng ta'lim, sering baca Qur'an.. emoh buat sentuhan sama lawan jenis... busananya syar'i.. ngomongnya tentang Islam melulu.. peduli Palestina. it's fanatic. Hoho.. we will not think like that if we want to know about our religion more. Umat muslim yang nggak tau isi Qur'an dan hadis.. ibarat seorang guru yang mau ngajar dengan kurikulum 2013.. tapi gak mau membaca, mengkaji, memahami pedoman kurikulum tersebut. Walk on the stray way!
Satu hal... kemenangan hakiki kita.. bukan terletak pada keberhasilan kita menggenggam dunia. Tapi kemenangan nyata adalah ketika kita bersiap untuk menghadap sang Illahi. Jangan pernah gengsi untuk berpikir; ingin seperti mereka.. si jilbab panjang.. dan si jenggotan. Kau hanya perlu menyisihkan waktu untuk sejenak berpikir... mau jadi muslim yang seperti apa? Muslim yang dogmatis (ikut-ikutan), KTP (hanya sebatas status), atau yang original (yang memahami apa itu Islam? Siapa Nabi Muammad? dan untuk apa kita hidup di dunia ini).

Semoga tulisan begajulan ini bisa bermanfaat..
Semangat Mereformasi Iman... 

Sabtu, 04 April 2015

Pembredelan Media Islam, Radikalisme Semu, dan Tirani Minoritas



Bagai disambar petir! dan ditikam sudut sempit sebuah bedil!
Begitulah perasaan yang menerkam hati segenap umat Islam Indonesia, ketika BNPT dan Kemkominfo bergandengan tangan membredel situs media Islam. Sebuah tindakan yang memutus arus semangat reformasi, serta menghidupkan kembali era orde baru yang membelenggu kebebasan pers. Hari-hari tirani telah bangkit dari kuburnya. Merobek-robek harga diri umat Islam. Dan seperti tak mau tunduk pada kekuasaan yang maha tirani, umat Islam bersatu. Menyuarakan aksi kontra pembredelan situs media Islam. Mereka geram, gregetan, bertanya-tanya, dan tentu; menghujat tokoh2 yang main mata dalam proyek murahan ini lewat media sosial.
Hashtag #KembalikanMediaIslam muncul sebagai trending topic Indonesia di media sosial twitter. Menjadi bukti betapa tidak relanya rakyat Indonesia dengan kebijakan busuk ini. Meme comic berbau kritik bermunculan. Segenap orang mengenang kembali masa-masa dulu. Ketika jabatan Menkominfo masih dipegang oleh Tifatul Sembiring. Lalu, media arus utama (sekuler) bungkam. Bergerilya di balik ratap kesal umat muslim. Tokoh-tokoh sayap kiri menari-nari di atas mimbar. Mengepulkan nafas perjuangan yang telah hampir sampai pada klimaksnya. Ya.. melemahkan kekuatan Islam di Indonesia.
Tak terima diamputasi kebebasan persnya oleh BNPT, beberapa media Islam menggugat. Dalam ruang klarifikasi, ditemui beberapa alasan irasional BNPT terkait pemblokiran 19 situs media Islam. Tudingan radikalisme, domain .(dot) com, memelintir hadis, mengkritisi pemerintahan, propaganda jihad, dan alasan-alasan picik lainnya. BNPT seperti tergesa-gesa memelintir dalih untuk berkilah. Menjaring opini publik untuk memfitnah. Dan pada akhinya, menyulut emosi para konsumen media Islam. 
Padahal, tudingan radikalisme merupakan sesuatu yang relatif kebenarannya. Perlu riset yang matang, dan data-data yang jelas sebagai penguat dugaan. Berbeda dengan situs pornografi yang memang jelas-jelas membunuh moral generasi bangsa. Siapapun akan diam-diam ketika membuka situs porno, dan leluasa membuka situs media Islam. Bahkan, jika kita mau berpikir jernih, situs diskusi online faith freedom Indonesia lebih layak untuk diblokir. Karena plek-plek-an melakukan penistaan agama. Tapi apa yang terjadi? Pemilik kekuasaan justru lebih tertarik mengamini nafsu musuh-musuh Islam. Untuk menghentikan arus peradaban agama ini. Agama yang dituding sebagai penebar teror. Oleh mereka yang iri dengan rasionalitas Islam.
Setidaknya, ada tujuh alasan mengapa Media Islam dianggap berbahaya bagi mereka yang dengki terhadap perkembangan Islam. Pertama, Media Islamlah yang selama ini getol menyuarakan konflik di Timur Tengah, atau di mana saja tempat umat muslim ditindas. Kedua, media Islam tidak pernah lelah menyerang ideologi hasil import dari barat; sekulerisme, pluralisme, liberalisme, dan sebangsanya. Ideologi yang telah membentangkan jarak umat muslim Indonesia pada ajaran Islam yang hakiki. Ketiga, sudah menjadi kredo mengekal, bagi media yang independen (bukan kaki tangan pemerintahan) mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang dinilai melanggar portal syariat Islam. Keempat, sudah menjadi rahasia umum, saat ini adalah era digital. Media menjadi lahan dakwah yang subur. Menjadi tempat menjelajahi hikmah kehidupan. Memblokir media Islam, sama dengan membatasi gerak para pengemban dakwah dalam menebar kebaikan. Kelima, media Islam telah menjadi sumber pengetahuan tentang keIslaman yang dianggap terpercaya. Hal ini, tentu menjadi ancaman bagi mereka yang sehari-harinya berpikir untuk menjauhkan umat Islam dari jangkauan ilmu. Keenam, Media Islam cukup produktif. Sebut saja, kiblat.net yang juga merambah di jalur media audio-visual. Ketujuh, eksistensi media Islam merupakan bentuk perlawanan dari propaganda yang setiap hari dilancarkan oleh media arus utama. Sampai-sampai, jutaan umat Islam Indonesia sarapan dengan  propaganda yang dilancarkan lewat surat kabar, televisi, dan media online. Jadi, jika hari ini umat Islam terpecah menjadi dua kubu; yang pro dengan pemblokiran 19 situs media Islam, dan yang kontra, adalah imbas dari kekuatan propaganda yang sejak lama dilancarkan oleh media sekuler. Inti dari propaganda itu adalah; menjauhkan umat Islam dari ajaran yang hakiki. Dan menebar virus Islamophobia.
Pada akhinya, ini bukan hanya soal pembredelan media Islam itu sendiri. Betapapun mereka berusaha sekuat tenaga mematikan dakwah media, nafas perjuangan media Islam akan tetap berhembus. Nadinya berdenyut, dan jantungnya berdetak. Sebab, ada kekuasaan yang jauh lebih tinggi di atas kekuasaan. Semua ini mengenai diri kita sendiri, yang tengah diuji. Seberapa reaktif diri kita menghadapi kasus ini. Dan mengerat tali ukhuwah untuk bersama-sama menjadi singa-singa Allah yang siap menerkam kezaliman. Membela harga diri Islam, dan siap menggali liang lahat untuk mengubur kekuasaan tirani minoritas yang mengancam.