mimpi-mimpiku

Senin, 12 Januari 2015

Catatan Kasih Seorang Ibu

Perempuan itu berlari. Dengan keringat menganak sungai di pelipisnya. Dari Syafa ke Marwa. Dari Marwa ke Syafa. Terus berlari hingga tujuh kali. Demi menemukan air untuk menuntaskan dahaga bayinya. Karena cintanya pada Allah, dan keimanan yang tak retak, pertolongan itu datang setelah lelah menghimpit jiwanya. Bersama limpahan air yang mengucur dari kaki sang bayi, perempuan itu berujar; zam..zam.. (berkumpulah)
 
Selama ini, tak banyak yang tahu, sosok ibu di balik penguasaan Imam Syafi'i terhadap fiqih. Kecerdasannya menghafal Qur'an tidak terlepas dari peran Ibunya yang merupakan hafidzah Qur'an. Sang ibu juga merupakan sosok yang cerdas, dan pantang menyerah demi menempatkan anaknya dalam kultur pendidikan terbaik di Mekkah. Maka jadilah, sesosok pemuda pengubah peradaban yang mazhabnya terkenal seseantaro jagat.

Bercerita tentang kisah kasih seorang ibu, tentu tidak lengkap jika mengesampingkan kisah tentang kebijaksanaan Raja Solomon. Suatu ketika, dua orang ibu saling menuding dan memperebutkan seorang bayi. Keduanya tak mau mengalah. Sampai akhirnya, Raja Solomon mengusulkan untuk membagi dua tubuh bayi tersebut. Salah seorang ibu bersorak kegirangan, dan seorang lagi meringis kepada sang Raja, seraya mengalah dan memohon agar bayi tersebut diserahkan saja kepada ibu yang bersorak itu. Dengan bijak, Raja Solomon memutuskan, kepada siapa bayi ini berhak untuk diberikan.. dan kasih sayang ibu yang tulus tampak nyata dalam kisah ini.

Pernahkah mendengar kisah di balik perang Vietnam-Amerika? tentang seorang perempuan yang mengandung dan melahirkan di terowongan Chu Ci. Demi menyelamatkan nasib banyak orang di lorong bawah tanah, perempuan itu rela membunuh bayinya yang baru lahir, karena saat itu, Vietnam dilarang menambah populasi penduduknya. Jika tidak, bom artileri akan menyapu bersih penduduk di lorong bawah tanah tersebut.

Di era modern, catatan kasih seorang ibu tak pernah redam diterkam zaman. Sebut saja Ibu Esti Wahyuntari yang menyelamatkan putranya dari kecelakaan kereta api. Meskipun ia harus rela kehilangan anggota keluarga lain, termasuk suaminya. Tapi kasih sayang yang refleks itu, justru tertuju kepada putranya yang masih kecil.

Pernahkah mendengar kisah inspiratif-Islami dari Ibu Wirianingsih (anggota Komisi IX DPR RI 2009/14 dari fraksi PKS), yang berhasil mendidik sepuluh anaknya menjadi hafidzul Qur'an. MasyaAllah...

Di Afganistan, seorang ibu melancarkan aksi balas dendam terhadap pasukan teroris Taliban yang telah menembak mati putranya. Perempuan itu menembak mati 25 pasukan Taliban dalam sebuah pertempuran militan yang berlangsung selama 7 jam.

MasyaAllah.. kisah-kisah tadi hanyalah segelintir dari banyaknya kisah yang tak sempat dicatat sejarah. Tentunya masih banyak sosok ibu inspiratif yang senantiasa membentangkan lautan kasih untuk putra-putrinya. Dan sebagai anak? barangkali perlulah sejenak kita menatap simpul senyum di bibir ibu, dan menyaksikan lekuk keriput yang melekat di dahinya. Dan sejenak meresapi kehangatan surgawi dari bongkahan mata seorang ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar